Tata cara sholat berjamaah (misalnya sholat Maghrib 3 rakaat):

Sebelumnya, sempurnakanlah wudhu, kemudian berdirilah menghadap kiblat, yaitu masjidil haram/makkah {Al Baqarah: 150} [HR Muslim Juz I, hal 298] Tentu saja kita punya niat menjalankannya.

Jika makmum hanya satu orang, maka ia berdiri di sebelah kanan imam (Bukhari 1/177), satu shof dengan imam (Lihat Subulus Salam jilid 2 halaman 31), Tentang posisi lengkap, lihat/download di
http://freestuff.890m.com/PosisiImamdanMakmum.pdf
Makmum wajib mengikuti gerakan imam, dan tidak boleh mendahului imam (Shahih Muslim No.647).

Mulailah sholat dengan Bertakbir (Alloohu-akbar) dan mengangkat kedua tangan sejajar pundak/bahu (Shahih Muslim No.586) atau sejajar dua telinga [Nailul Authar juz II, hal 205]. Kemudian bersedekap di dada, dengan meletakkan tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri [HR Ahmad juz 8, hal 225 hadits no. 22026] atau di atas telapak (punggung) tangan kiri (Ibnu Hibban, hadits no. 485) atau menggenggamkan jari-jari tangan kanan pada lengan kiri, berdasarkan hadits Nasa’i dan Daraquthni (shahih).

Kemudian membaca salah satu do’a iftitah secara sirr (pelan/berbisik), misalnya: “Sub-haanaka Alloohumma wabiham-dika watabaa-rokas-muka wata’aalaa jad-duka walaa ilaaha ghoi-ruka” (Abu Dawud dan Hakim, disahihkan oleh Adz-Dzahabi) atau doa iftitah yang lain.
Setelah itu, imam membaca ta’awudz {An Nahl: 98}, dan membaca Al-Fatihah dimulai “Bismillaahir rohmaanir rohiim” dengan diperdengarkan [HR Ad Daruquthni] ataupun tidak diperdengarkan (Sahih Muslim No.605), lalu bacaan Al Fatihah lanjutannya diperdengarkan. Kemudian, Imam dan makmum sama-sama membaca “Aamiin” ( Shahih Muslim No.618 ).

Lalu Imam membaca Surat atau Ayat-ayat Al-Qur’an [HR Abu Dawud] dan makmum hanya diam memperhatikan (Ahmad, Abu Dawud no 603 & 604, Ibnu Majah no 846, An-Nasa-i) {Al-A’raaf: 204} karena bacaan Imam menjadi bacaan makmum juga (Ibnu Abi Syaibah, Ad-Daraquthni, Ibnu Majah, Thahawi dan Ahmad, lihat kitab Irwa-ul Ghalil oleh Syaikh Al-Albani).

Kemudian imam bertakbir (Sahih Muslim 590) dengan mengangkat kedua tangan sejajar pundak/telinga, lalu melakukan Ruku’ dengan meletakkan kedua tangan pada kedua lutut (Al-Bukhari, Abu Dawud, Sahih Muslim no 832) dan merenggangkan jari-jari tangannya [HR Al-Hakim, Bulughul Maram no 290], makmum juga demikian.
Ketika Ruku’ membaca salah satu bacaan Ruku’, misalnya: “Subhaana robbiyal-‘adhiim” [HR Muslim dan At Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 2, hal 273] secara sirr (pelan/berbisik).

Setelah itu, Imam bangkit/berdiri tegak (I’tidal) dengan mengangkat kedua tangan sejajar pundak/telinga sambil mengucapkan “Sami’alloohu liman hamidah” [HR Ahmad, Al Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hal 200] diteruskan membaca bacaan I’tidal, makmum yang mengikuti imam hanya membaca bacaan I’tidal, misalnya: “Alloohumma, robbanaa lakal-hamdu” [HR Al Bukhari juz I: 193] atau bacaan I’tidal yang lain.

Setelah melakukan i’tidal dengan thuma’ninah/tenang (Shahih Muslim No.602), lalu melakukan sujud, yaitu dengan mengucap takbir tanpa mengangkat tangan. Letakkan dua lutut terlebih dahulu [HR Al-Khamsah kecuali Ahmad, lafadh bagi At Tirmidzi juz I, hal 168] lantas disusul dengan meletakkan dua tapak tangan sejajar kedua bahu [HR Abu Dawud dan At Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 2, hal 287] kemudian meletakkan dahi dan hidung [HR Muttafaq ‘alaih, Bulughul Maram no 287]. Jari-jari tangan dirapatkan [HR Al-Hakim, Bulughul Maram no 290] dan siku direngggangkan (dijauhkan) dari rusuk [HR Muttafaq ‘alaih] (Shahih Muslim No.764) serta jari-jari kaki dipancatkan ke bumi.

Setelah Imam meletakkan dahinya di tanah/lantai, barulah makmum ikut bersungkur sujud. ( Shahih Muslim No.728 ) Kemudian membaca salah satu bacaan sujud (secara sirr), misalnya: “Subhaana robbiyal a’laa” [HR Muslim dan At Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 2, hal 273].

Setelah bersujud dengan thuma’ninah, kemudian duduk di antara dua sujud. Yaitu mengangkat kepala dari sujud sambil mengucap “Alloohu Akbar” hingga duduk di atas tapak kaki yang kiri [HR Ibnu Majah juz 1, hal 288 no 893], sedangkan tapak kaki yang kanan ditegakkan pada ujung jari-jarinya, serta meletakkan dua tapak tangan di atas kedua paha dengan meratakan ujung jari dengan lutut.
Dan yang dibaca adalah: “Robbigh firlii-Robbigh firlii” [HR Ibnu Majah juz 1, hal 289 no 897, An Nasa’i juz 2,hal 231] atau bacaan lainnya (secara sirr).

Kemudian melakukan sujud yang kedua, bacaannya sama dengan bacaan sujud pertama. Lalu setelah bersujud dengan thuma’ninah, kemudian melipat kaki kiri dan duduk tegak di atasnya [HR At Tirmidzi juz 1, hal 188], lalu bangkit berdiri untuk melakukan rakaat kedua, bangkit atas dua lutut dan menekan pada dua paha [HR Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz II, hal 300]

Rakaat kedua dimulai dengan berdiri lalu bersedekap, dan Imam membaca Al-Fatihah, lalu membaca “Aamiin” bersama-sama dengan makmum, lalu membaca Surat atau Ayat-ayat Al-Qur’an. Dan makmum hanya diam memperhatikan.
Kemudian bertakbir dengan mengangkat kedua tangan, lalu Ruku’, I’tidal, dan seterusnya sampai sujud kedua.

Kemudian bertakbir dan duduk (at-tahiyyat awwal) seperti duduk antara dua sujud, meletakkan tapak tangan kiri pada lutut/paha kiri, dan menggenggam jari-jari tangan kanan di atas paha kanan, lalu berisyarat dengan telunjuk tangan kanan ke arah kiblat [HR Ahmad, Muslim, dan An Nasa’i, Nailul Authar juz II, hal 316] bisa digerak-gerakkan ataupun tidak [HR Ahmad, An Nasa’i, dan Abu Dawud, Nailul Authar juz II, hal 315], jari tengah dan ibu jari membentuk lingkaran.

Dan di dalam duduk at-tahiyyat, membaca tasyahhud, yaitu: “Attahiyyatul mubaarokaatush-sholawaatuth-thoyyibaatu lillaah As-salaamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatulloohi wa barokaatuh. As-salaamu ‘alaina wa ‘alaa ‘ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallooh wa asyhadu anna muhammadar rosuulullooh.” [HR Muslim dan Abu Dawud, Nailul Authar juz II, hal 313]
Lalu diteruskan dengan membaca sholawat, dan inilah salah satu bacaan sholawat: “Alloohumma sholli ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sholaita ‘alaa aali ibroohiim, wa baarik ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohiim. Fil ‘aalamiina innaka hamiidum-majiid.”

Setelah itu, bangkit (seperti sebelumnya) untuk rakaat yang ketiga. Rakaat yang ketiga dimulai dengan takbir dan mengangkat kedua tangan, lalu imam membaca Al-Fatihah dan “Aamiin” secara sirr, makmum juga membaca Al-Fatihah (Shahih Muslim No.595 dan 599) dan “Aamiin” ( Shahih Muslim No.618 ) secara sirr.

Kemudian bertakbir dengan mengangkat dua tangan dan Ruku’, dan seterusnya sampai sujud kedua.

Kemudian mengucap takbir dan duduk (at-tahiyyat akhir), yaitu duduk dengan meletakkan pantat pada tempat duduknya dengan memasukkan kaki kiri di bawah kaki kanan [HR Al Bukhari, Nailul Authar juz II, hal 306] yang ditegakkan pada ujung jari-jarinya, lalu tangan kanan di atas paha kanan dengan menggenggam jari-jarinya, kecuali jari telunjuk yang dikeluarkan menunjuk ke qiblat (atau digerak-gerakkan) sebagai isyarat dan jari tengah bertemu dengan ibu jari. Adapun tangan kiri diletakkan di atas paha kiri dan ujung jari-jarinya menyentuh lutut.

Dalam duduk tawarruk ini, membaca tasyahhud, sholawat, dan membaca do’a. Salah satu contoh do’a adalah: “Alloohumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabil qobri wa min ‘adzaabin naar, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min fitnatil masiihid dajjaal” [HR Al Bukhari juz II, hal 103]

Setelah selesai berdo’a, akhiri ibadah shalat dengan mengucap salam dua kali. Yakni memalingkan kepala ke sebelah kanan lebih dahulu sehingga wajah memandang lurus ke sebelah kanan sambil mengucap salam “Assalaamu ‘alaikum wa rohmatullooh”. Kemudian memalingkan kepala ke kiri sehingga wajah lurus memandang ke sebelah kiri, dengan mengucap salam seperti itu juga [HR Al-Khamsah] [HR Muslim juz I, hal 357] [HR Abu Dawud juz 1, hal 262]

annaufal.wordpress.com